Unggulan

Dari Arsitek Menjadi Fotografer

by Kris Provoost

Article Categories

Arsitek kawakan Kris Provoost adalah seorang arsitek bergelar Magister Arsitektur yang penuh pengalaman. Dia mengatakan bahwa pengalamannya bertahun-tahun sebagai arsitek menjadi batu loncatan baginya untuk menekuni bidang fotografi arsitektur, desain interior, dan infrastruktur. Berkat pengalamannya sebagai arsitek itu, dia hanya perlu mempelajari aturan-aturan dasar fotografi untuk memulai. Dia yakin menggabungkan dua bidang kesukaannya itu akan menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. 

Alpha 7R IV | FE 12-24mm F2.8 GM | 24mm | 1/160 sec | F2.8 | ISO 100

Menyiapkan Tangkapan Gambar

Sebagai arsitek kawakan, Kris diajarkan bahwa setiap desain bangunan memiliki cerita. Ketika memutuskan untuk menjadi fotografer, ide bahwa setiap desain bangunan memiliki cerita ini dia gunakan sebagai pendekatan yang selalu dipakai ketika memotret bangunan.  

"Dengan semua perlengkapan yang tersedia bagi fotografer zaman sekarang, nyaris tidak ada batas bagi apa yang bisa kita lakukan. Lensa yang tepat tergantung pada cerita apa yang ingin aku sampaikan. Untuk pemandangan kota, lensa telefoto merupakan bagian tidak terpisahkan yang dapat membantuku menangkap banyak hal ketika aku harus fokus pada satu subjek. Di kota padat seperti Hong Kong, lensa telefoto dapat berfokus pada subjek dan membuat latar belakang terasa lembut." 

Alpha 7R IV | FE 12-24mm F2.8 GM | 24mm | 1/800 sec | F2.8 | ISO 100

Kris selalu melakukan riset dan persiapan matang, kemudian menguji coba berbagai macam sudut pengambilan gambar yang berbeda sebelum kembali ke lokasi tersebut pada jam-jam emas. Terlepas dari persiapannya yang matang, Kris selalu menekankan pentingnya memiliki perlengkapan yang dapat diandalkan. "Pencahayaan adalah segalanya dalam fotografi arsitektur. Cahaya memberikan kontras dan kedalaman kepada gedung dan merupakan bagian dari penyampaian cerita. Kita tidak bisa mengendalikan matahari atau cuaca, dan itu menyebalkan, tetapi hal tersebut justru menjadi kesempatan bagi kita untuk menangkap momen-momen yang luar biasa. Itulah sebabnya memiliki perlengkapan yang bisa dipercaya menjadi penting, karena aku bisa menggantungkan hasil kerjaku kepada perlengkapan tersebut, mulai dari menangkap gambar sederhana sampai mengganti lensa sesuai kebutuhan dengan mudah," tambah Kris. 

Alpha 7R IV merupakan kamera yang luar biasa dalam karier fotografi Kris. Di antara banyak fitur yang dapat membantunya memaksimalkan daya kreativitasnya ke dalam foto, fitur high pixel count adalah favoritnya. Kualitas gambar 61-megapixel yang dimiliki kamera tersebut memungkinkan dirinya untuk membuat hasil foto besar dan tetap memiliki kebebasan untuk memotongnya sesuai kebutuhan cerita yang ingin disampaikan. "Foto yang dipotong tetap terlihat menakjubkan setelah dicetak dalam format besar. Itulah kenapa aku menyukai kamera ini. Dengan fitur tersebut, kita bisa menciptakan hal-hal baru dari foto kita dengan trik-trik kreatif!" 

Alpha 7R IV | FE 70-200mm F2.8 GM OSS II | 200mm | 1/60 sec | F2.8 | ISO 640

Pencahayaan Menentukan Suasana 

Meski begitu, Kris tidak ingin terlalu berlebihan dalam melakukan persiapan. "Harus ada elemen yang mengejutkan dalam hasil karya fotografi kita yang membedakannya dengan foto-foto lain. Percikan cahaya mendadak dari matahari, atau refleksi cahaya yang luput, atau objek yang tiba-tiba muncul di dalam gambar, semuanya dapat membuat foto kita terlihat unik dan berbeda." 

Memanfaatkan pencahayaan yang berbeda yang dapat diberikan oleh matahari, seperti cahaya yang lebih hangat atau lebih dingin, dapat memengaruhi suasana dalam fotografi bangunan. Pencahayaan memiliki peran yang aktif dan sangat penting bagi fotografer pemandangan kota untuk terus belajar memanfaatkannya. Menurut Kris, pencahayaan yang berbeda dapat menghasilkan suasana hasil foto yang berbeda pula. Kris sebisa mungkin menghindari cahaya siang bolong dan lebih menyukai pencahayaan di waktu pagi, sore hari hingga jam-jam emas, hingga jam-jam biru. 

Alpha 7R IV | FE 14mm F1.8 GM | 14mm | 1/80 sec | F1.8 | ISO 400

Setelah mempelajari pencahayaan untuk beberapa lama, Kris menyadari bahwa pencahayaan di pagi hari memberikan aura kegembiraan pada foto karena melambangkan dimulainya hari baru. Semata itu, pencahayaan di waktu sore lebih lembut dan menambahkan suasana rileks karena melambangkan kesibukan kerja hari itu telah berakhir. Tak berapa lama setelah itu, tiba jam-jam emas yang ditunggu-tunggu. Bagi Kris, cahaya yang kontras dan gradien warna di langit adalah elemen yang membuat pencahayaan di waktu tersebut terasa magis." Dibandingkan waktu-waktu lain, ini adalah jam-jam d mana aku merasa paling terkoneksi dengan foto dan pergerakan cahaya di dalamnya. Hasilnya adalah karya-karya terbaikku," kata Kris dengan bangga. 

Alpha 7R IV | FE 12-24mm F2.8 GM | 22mm | 1/400 sec | F2.8 | ISO 100

Foto arsitektur, kecuali yang ditangkap pada jam-jam biru, cenderung memiliki suhu warna lebih hangat karena adanya matahari. Oleh karena itu, Kris menekankan pentingnya bagi fotografer untuk terlebih dahulu menentukan suasana seperti apa yang ingin ditampilkan dalam foto. Meski proses edit dapat memberikan kita kendali penuh untuk mengubah-ubah corak warna, Kris sebisa mungkin meminimalkan proses edit digital untuk menciptakan tangkapan gambar yang lebih riil terhadap sebuah bangunan. "Tidak ada suhu warna yang paling benar, dan semuanya terserah kepada fotografer untuk menentukan gambar yang mau diambil—mulai dari refleksi, permukaan gedung, dan bahkan material bangunan untuk mencapai efek yang ingin didapatkan."  

Sebagai fotografer arsitektur, Kris sangat mengandalkan tripod. Dengan kamera yang stabil, dia dapat menggunakan ISO rendah untuk mendapatkan foto dengan noise minimal, sedangkan dengan shutter speed yang lebih rendah, ia dapat menangkap pergerakan visual. Kris menyadari bahwa shutter speed yang rendah akan menghasilkan ketajaman gambar yang luar biasa untuk foto bangunan dan menggunakan f-stop yang lebih tinggi akan memberikan hasil foto yang jernih di setiap tangkapannya. 

Alpha 7R IV | FE 70-200mm F2.8 GM OSS II | 70mm | 1/60 sec | F2.8 | ISO 400

Tonjolkan Perspektifmu 

Untuk fotografer pemula, saran Kris adalah fokus pada cerita yang ingin disampaikan. "Kadang-kadang, mengubah cakrawala atau keseimbangan sedikit saja sudah cukup untuk membuat hasil foto kita menjadi jauh berbeda dari jutaan foto pemandangan kota lain. Pelajari bagaimana cara menggunakan latar depan dan latar belakang untuk memandu fokus audiens kita untuk selalu kembali kepada cerita yang ingin kit sampaikan. Aku selalu kembali ke bangunan yang pernah aku foto untuk melihat apakah ada perspektif lain yang bisa aku gali," kata Kris.  

Alpha 7R IV | FE 12-24mm F2.8 GM | 23mm | 1/500 sec | F2.8 | ISO 100

Namun, banyak fotografer yang terlalu bersemangat untuk menyampaikan cerita sehingga hasil karya mereka dipenuhi oleh berbagai macam hal. Bagi Kris, menyampaikan satu cerita membutuhkan ketahanan diri. Itulah sebabnya Kris mengingatkan para fotografer muda untuk memikirkan segala sesuatunya baik-baik dan menangkap hanya esensi terpenting dari suatu subjek. Memilih tema yang tepat dan mempertahankannya berarti kita harus membuang elemen-elemen yang tidak sesuai dengan pesan yang ingin kita sampaikan. Bagi Kris, memiliki disiplin untuk fokus pada satu kisah akan menghasilkan karya yang lebih fokus dan berkesan.  

"Kita tidak akan pernah bisa bersiap dan mengantisipasi apa yang akan terjadi. Jangan takut untuk bereksperimen. Tidak apa-apa untuk membatasi diri dengan satu lensa saja karena pembatasan semacam itu akan memaksa diri kita untuk berpikir cepat dan membuka cakrawala kita terhadap hal-hal baru. Elemen spontanitas dalam fotografi arsitektur adalah hal yang membuatku bersemangat melakukannya," tutup Kris.  

Alpha 7R IV | FE 70-200mm F2.8 GM OSS II | 178mm | 1/60 sec | F2.8 | ISO 400
Article Theme

We would like to request access to your Geolocation to provide you with a customised experience. Please know that you can withdraw your consent at any time via your browser settings.